Sabtu, 28 Februari 2009

Batu sakti Ponari

JOMBANG -Ponari, bocah kelas III SD asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh, yang dijuluki sebagai bocah penyembuh, telah menyedot ribuan masyarakat. Namun fenomena Ponari dan batu temuannya, masih memicu kontroversi. Banyak masyarakat yang percaya, bahkan mengaku sembuh setelah mendapat pengobatan tak lazim itu. Namun, tak sedikit pula yang prihatin.

''Hal itu tidak bisa lepas dari sugesti masing-masing orang," ungkap Dra Denok Wigati Msi, dosen Fakultas Psikologi di Universitas Darul Ulum Jombang.

Menurut Denok, kepercayaan terhadap mitos dan stereotipe masih sangat melekat di masyarakat kita. Jika diprosentase, 75 persen masyarakat Indonesia cenderung lebih percaya mitos ketimbang ilmu pengetahuan. Begitu muncul kabar tentang ''kelebihan '' Ponari, banyak masyarakat yang percaya. Meski cara pengobatan dengan air yang dicelup batu itu nampak tak lazim, mereka tidak memermasalahkan. Apalagi beberapa orang yang berobat dan mengaku sembuh. Sehingga muncul sugesti dalam diri mereka masing-masing. ''Sugesti adalah perasaan atau pendapat yang benar-benar tanpa kritik. Dalam diri orang yang tersugesti, baik penalaran, rasio, dan logika sudah tidak berlaku lagi," tegasnya.

Menurut Denok, ada dua ciri orang yang paling mudah tersugesti. Pertama, orang yang sedang dalam krisis mental. Misalnya, orang yang sudah lama sakit. Meski sudah menghabiskan biaya besar untuk berobat, penyakitnya tak kunjung sembuh. Sehingga saat mendengar suatu pengobatan di luar nalar yang dikabarkan ampuh, mereka tetap akan mencoba. Kedua, orang yang paling mudah tersugesti adalah orang yang kurang percaya diri. Misalnya, orang yang menganggap penyakitnya di luar jangkauan medis. Orang yang beranggapan seperti itu, cenderung mencari pengobatan yang tak lazim pula.



Denok beranggapan, semua orang yang datang ke tempat Ponari sudah tersugesti. Dalam perasaan mereka sudah tertanam kuat, bahwa mereka akan sembuh setelah meminum air yang sudah dicelup batu milik Ponari. Dengan kuatnya sugesti itu, aspek lain seperti penalaran dan logika semakin melemah. Seperti halnya tiga faktor dalam jiwa manusia. Yakni, aspek kognisi (penginderaan), afeksi (perasaan), dan konasi (dorongan). Dalam keadaan jiwa yang tenang, ketiga faktor ini sama besar. Tetapi jika ada energi fisik dominan di salah satu aspek, lainnya akan mengecil. Seperti halnya jika faktor afeksi yang menguat hebat, kognisi dan konasi pun seakan menghilang.

Di tingkatan yang lebih dahsyat, sugesti akan menimbulkan sebuah hipnosa. Seperti umum diketahui, hipnosa/hipnotis bisa membuat orang melakukan hal-hal di luar kendali dirinya. Padahal, hipnotis hanyalah "memainkan" perasaan seseorang. Menurut Denok, hal inilah yang terjadi pada diri orang-orang yang sembuh setelah meminum air Ponari. Semisal, Musali, kakek asal Ngoro Jombang, yang mengaku bisa berjalan setelah bertahun-tahun lumpuh. Bisa saja, hipnosa yang sangat kuat membuatnya seakan-akan merasa sembuh dan kuat berjalan. "Dari penilaian saya, itulah yang sebenarnya terjadi pada masyarakat kita," ungkap Denok.

Di lain sisi, pelaku sugesti sendiri biasanya memiliki 2 ciri. Pertama, orang yang terpercaya; dan kedua, orang yang berwibawa. Dalam konteks Ponari, bocah SD ini masuk ke dalam kategori pertama. Ponari semakin dipercaya, karena tidak sedikit orang yang mengaku sembuh. Ditambah mem-beludaknya pengunjung di kampung Ponari, yang memunculkan kesan bahwa pengobatan alternatif itu manjur. Belum lagi background kisah mistis bahwa Ponari disambar geledek itu bisa menghentikan luapan lumpur Lapindo. ''Sepertinya faktor pendidikan dan ekonomi masyarakat kita masih terkait dengan fenomena ini," pungkasnya.

Hal senada disampaikan oleh dr Ivan Rovian, dokter umum di Bapelkes RSD Jombang. Menurutnya, sugesti memang ikut berpengaruh terhadap kesembuhan seseorang. Sugesti itu jugalah yang menjadi sangat dominan, ketika masyarakat berhadapan dengan Ponari. Ivan yakin, air mineral yang dicelup batu itu tidak begitu saja memberikan kesembuhan, jika yang bersangkutan tidak memiliki sugesti yang kuat. Padahal di dunia medis, lanjut Ivan, menumbuhkan sugesti pasien untuk sembuh bukanlah pekerjaan mudah. ''Dalam kesembuhan seseorang, sugesti memang berpengaruh. Tapi, sangat sulit untuk menumbuhkan sugesti tersebut," ungkap Ivan.

Belum lagi keluhan masyarakat yang cenderung merasa psikosomatis, atau merasa seakan-akan menderita sakit. Namun, mereka enggan bersentuhan dengan dunia medis. Sehingga begitu mendengar kabar pengobatan alternatif ala Ponari, mereka pun datang berbondong-bondong. Setelah meminum air itu, bisa saja mereka merasa sembuh. Tapi, fenomena ini tidak dapat dibuktikan secara klinis, apakah kesembuhan itu disebabkan air dari Ponari ataukah karena perasaan mereka sendiri yang merasa sembuh. ''Namun semua itu memang tidak bisa dibuktikan secara klinis," pungkasnya
klik disini

Tidak ada komentar: